Ngaben
Upacara Ngaben
Upacara Ngaben atau sering pula disebut upacara pelebon kepada orang yang sudah meninggal dunia, dianggap sangat penting, ramai dan semarak, karena dengan upacara ngabenan itu keluarga dapat membebaskan arwah orang yang meninggal dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga, atau menjelma kembali ke dunia melalui reinkarnasi tergantung dari karmaphala selama masih hidup.. Karena upacara ini memerlukan tenaga, biaya yang besar juga waktu yang panjang , sehingga upacara ini sering dilakukan begitu lama setelah kematian.
Untuk menanggung beban biaya, tenaga dan lain-lainnya, kini masyarakat sering melakukan pengabenan secara massal / bersama. Jasad orang yang meninggal sering dikebumikan terlebih dahulu sebelum biaya mencukupi, namun bagi beberapa keluarga yang mampu upacara ngaben dapat dilakukan secepatnya dengan menyimpan jasad orang yang telah meninggal di rumah, sambil menunggu waktu yang baik menurut kalender Bali. Selama masa penyimpanan di rumah itu, roh orang yang meninggal menjadi tidak tenang dan selalu ingin kebebasan.
Untuk menanggung beban biaya, tenaga dan lain-lainnya, kini masyarakat sering melakukan pengabenan secara massal / bersama. Jasad orang yang meninggal sering dikebumikan terlebih dahulu sebelum biaya mencukupi, namun bagi beberapa keluarga yang mampu upacara ngaben dapat dilakukan secepatnya dengan menyimpan jasad orang yang telah meninggal di rumah, sambil menunggu waktu yang baik menurut kalender Bali. Selama masa penyimpanan di rumah itu, roh orang yang meninggal menjadi tidak tenang dan selalu ingin kebebasan.
Ngaben
Hari baik biasanya diberikan oleh para pendeta setelah melalui konsultasi dan mengacu pada kalender yang ada. Persiapan biasanya diambil jauh-jauh sebelum hari baik ditetapkan. Pada saat inilah keluarga mempersiapkan "bade dan lembu" terbuat dari bambu, kayu, kertas yang beraneka warna-warni sesuai dengan golongan atau kedudukan sosial ekonomi keluarga bersangkutan.
Pagi hari sebelum upacara ngaben dimulai, segenap keluarga dan handai taulan datang untuk melakukan penghormatan terakhir dan biasanya disajikan sekedar makan dan minum. Pada tengah hari, jasad dibersihkan dan dibawa ke luar rumah diletakkan di Bade atau lembu yang disiapkan oleh para warga Banjar, lalu diusung beramai-ramai, semarak, disertai suara gaduh gambelan dan "kidung" menuju ke tempat upacara. Bade (tempat menaruh jasad) diarak dan berputar-putar dengan maksud agar roh orang yang meningal itu menjadi bingung dan tidak dapat kembali ke keluarga yang bisa menyebabkan gangguan.
Sesampainya di tempat upacara, jasad ditaruh di punggung lembu, pendeta mengujar mantra - mantra secukupnya, kemudian menyalakan api perdana pada jasad. Setelah semuanya menjadi abu, upacara berikutnya dilakukan yakni membuang abu tersebut ke sungai atau laut terdekat lalu dibuang, dikembalikan ke air dan angin. Ini merupakan rangkaian upacara akhir atas badan kasar orang yang meninggal, kemudian keluarga dapat dengan tenang hati menghormati arwah tersebut di pura keluarga, setelah cukup lama, arwah tersebut diyakini akan kembali lagi ke dunia.
Status kelahiran kembali roh orang yang meninggal dunia berhubungan erat dengan karma dan perbuatan serta tingkah laku selama hidup sebelumnya.
Potong GigiPotong Gigi merupaan upacara Manusa Yadnya sebagai simbol penyucian dari segala mala atau kotoran, yang disimbolkan dengan pemotongan 6 gigi bagian atas sebagai makna mengendalikan enam musuh di dalam diri kita, sehingga bisa menjalani hidup yang lebih suci dan bersih. Dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya. Umumnya dilakukan ketika sang anak menanjak dewasa, tidak jarang pula dilakukan setelah punya anak.
Odalan
Odalan
Odalan merupakan upacara yang diselenggarakan di pura sebagai ulang tahun berdirinya pura tersebut untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan masyarakat semua dan alam semesta beserta isinya. Baik di tingkat keluarga, desa, maupun yang lebih luas.
0 komentar
Posting Komentar