Hari Raya Bali

Diposting oleh Admin | | , | 0 komentar »


Penjor

Hari Raya Galungan dan Kuningan
Hari raya Galungan dan Kuningan jatuh setiap enam bulan sekali, dan merupakan hari untuk merayakan Kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan), dan juga hari untuk mengucapkan puji syukur atas segala karunia-Nya. Hari raya ini jatuh pada hari Rabu Kliwon Dunggulan dan Sabtu Umanis Kuningan. Umat Hindu di Bali biasanya memasang penjor di sepanjang jalan yang melambangkan gunung atau naga.

Hari Raya Nyepi

Nyepi Merupakan tahun baru Icaka, yang biasanya jatuh pada bulan Maret setiap tahunnya. Pada hari raya ini umat Hindu tidak melakukan aktivitas apa-apa, tidak menyalakan api, tidak bekerja, tidak bepergian, khusus melakukan renungan suci dan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan, dan membenahi diri agar menjadi lebih baik lagi di masa depan. Pada hari itu Bali nampak bagaikan pulau mati tanpa aktivitas selama 24 jam.
Nyepi adalah perayaan tahun baru Saka yang jatuh sehari setelah bulan mati (tilem) ke sembilan menurut kalender Saka. Hakekatnya adalah sebagai wahana ritual dalam upaya menyucikan Bhuwana Agung dan Bhuana Alit guna terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin (jagadhita dan moksha) yang berlandaskan pada satyam (kebenaran), siwam (kesucian) dan keharmonisan/keindahan).
Secara garis besar, rangkaian hari Nyepi meliputi : melasti (melis) yang dilaksanakan beberapa hari sebelum Tawur dengan maksud melebur segala macam kekotoran baik pikiran, perkataan maupun perbuatan serta memperoleh air suci (angement tirta amerta) untuk kerahayuan hidup. Dalam prakteknya, Melasti ini dilakukan pada sumber-sumber air seperti laut, danau atau sungai. Selanjutnya sehari sebelum Nyepi yaitu pada Tilem Kesanga diselenggarakan upacara Tawur di masing-masing palemahan mulai dari rumah tangga, banjar, desa, kecamatan sampai kabupaten dan propinsi. Tujuannya menyucikan dan mengembalikan keseimbangan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit baik skala maupun niskala.

Ogoh-ogoh

Upacara ini dilakukan pada saat sandikala (pagi, tengah hari, sore). Pada sore hari menjelang pergantian kala siang dengan malam itulah diadakan pengrupukan (mebuu-buu) yang ditandai dengan kegiatan mengitari tiap palemahan sebanyak tiga kali dengan membawa obor (api) sambil menyuarakan bunyi-bunyian gaduh. Maknanya sebagai simbolis pengembalian unsur-unsur alam yang berpengaruh negatif (bhutakala) untuk kembali pada tempat dan kondisi asal (harmonis).Agama hindu sangat mendorong kreatifitas budaya, itulah sebabnya umat Hindu (dimulai dari Bali) mencetuskan emosi keagamaannya dalam pengrupukan dengan mewujudkan gambaran abstrak bhutakala itu dalam bentuk ogoh-ogoh. Jadi, ogoh-ogoh itu bukan esensi Nyepi tetapi hanya semacam variasi budaya yang dilahirkan melalui jiwa agama Hindu. Dan lagi pula keberadaan ogoh-ogoh pada setiap pengrupukan tidaklah begitu lama muncul. Ogoh-ogoh hadir sekitar tahun 80-an awal yang karena menopang kesemarakan berhari Nyepi akhirnya terus dihadirkan. Hanya saja akhir -akhir ini, bentuk ogoh-ogoh, sudah mulai ada yang menyimpang dari konsep gambaran bhutakala. Misalnya dengan membuat ogoh-ogoh dalam berbagai macam wujud berupa mobil, sepeda motor dan lain lain.
Hari Raya Saraswati
Merupakan hari suci untuk merayakan turunnya ilmu pengetahuan sebagai sinar suci yang memberikan penerangan kebijaksanaan hidup. Jatuh pada hari Sabtu Umanis Watugunung. Banyak dirayakan di sekolah-sekolah, dan pusat-pusat pendidikan, tentu saja di tempat para pinandita.

0 komentar